Cita-Cita vs Orang Tua: Mana yang Harus Dipilih?

Cita-Cita vs Orang Tua: Mana yang Harus Dipilih?

Bayangin kamu lagi duduk di kamar, baru pulang dari seminar karier. Kamu nemuin sesuatu yang bikin mata kamu berbinar.
“Aku ingin jadi game designer!” pikirmu. Rasanya kayak akhirnya tahu cita-cita yang bener-bener kamu pilih sendiri.

Tapi pas cerita ke orang tua, responnya datar.
“Game? Emangnya itu bisa jadi kerjaan beneran? Bisa menghasilkan uang? Bisa menjanjikan masa depan yang baik? Mending masuk kedokteran aja.”

Dari situ muncul pertanyaan besar yang sering Gen Z alami:

Apakah cita-cita harus selalu dipilih oleh orang tua?


Dunia Anak Muda vs Dunia Orang Tua dalam Memilih Cita-Cita

Banyak anak muda sekarang tumbuh di dua dunia berbeda. Di satu sisi, dunia digital yang penuh profesi baru dan peluang unik. Di sisi lain, harapan orang tua yang masih berpegang pada pekerjaan “aman” seperti dokter, PNS, atau akuntan.

Selain itu, profesi seperti content creator, game developer, hingga data analyst sering kali dianggap “nggak jelas” oleh generasi sebelumnya. Maka dari itu, kamu mungkin merasa terjebak antara mimpi sendiri dan mimpi keluarga.

Kalau kamu sedang ada di situasi ini, kamu nggak sendiri. Artikel ini bakal bantu kamu:

  • Memahami alasan orang tua

  • Menemukan cara kompromi

  • Tetap mengejar cita-cita yang kamu pilih dari hati


Kenapa Banyak Gen Z Bingung Saat Memilih Cita-Cita?

Sederhana: kita dan orang tua tumbuh di dunia yang berbeda.
Buat banyak orang tua, cita-cita berarti pekerjaan yang aman dan pasti: dokter, insinyur, PNS. Dulu, itu dianggap sebagai jalan hidup terbaik.

Namun sekarang, dunia sudah berubah cepat.
Profesi baru bermunculan. Banyak dari profesi ini belum dimengerti oleh orang tua. Akibatnya, ketika kamu memilih sesuatu yang berbeda, mereka merespons dengan penolakan—bukan karena benci, tapi karena khawatir.


4 Cara Sehat Menjembatani Cita-Cita dan Harapan Orang Tua

1. Pahami Dulu: Orang Tua Itu Sayang

Reaksi mereka yang terlihat “memaksa” sebenarnya datang dari rasa khawatir. Mereka takut kamu kecewa atau gagal. Karena itu, mereka sering “menitipkan” impian mereka ke kamu.

Namun niat baik ini belum tentu sesuai dengan jalan hidup kamu. Maka dari itu, penting untuk memahami bahwa dorongan mereka berasal dari kasih sayang, bukan sekadar kontrol.

2. Tunjukkan Keseriusan dengan Cita-Cita yang Kamu Pilih

Ingin jadi animator? Tunjukkan portofoliomu. Mau jadi programmer? Bangun proyek pribadi.

Dengan bukti nyata, kamu menunjukkan bahwa cita-cita kamu bukan mimpi kosong. Perlahan-lahan, orang tua bisa melihat bahwa kamu benar-benar siap memperjuangkannya.

3. Ajak Kompromi: Jalan Tengah Itu Ada

Nggak semua orang tua langsung setuju. Tapi kamu bisa ajak mereka berdiskusi.

Misalnya, minta waktu setahun untuk mencoba karier pilihanmu. Kalau gagal, kamu bisa pertimbangkan saran mereka. Kompromi seperti ini menunjukkan bahwa kamu bisa bertanggung jawab.

4. Ngobrol dari Hati tentang Cita-Cita Kamu

Pilih waktu yang tenang. Ceritakan alasan kamu memilih jalur itu. Ceritakan apa yang bikin kamu semangat, apa targetmu, dan kenapa kamu yakin.

Ketika kamu bicara dari hati dan bukan emosi, biasanya hati mereka lebih mudah terbuka.

Ini cara nunjukin keseriusan cita-citamu

Cita-Cita Itu Milikmu

Mendapat restu orang tua memang penting. Namun mematikan cita-cita sendiri juga bisa bikin kamu kehilangan arah.

Yuk, seimbangkan komunikasi yang sehat, aksi nyata, dan rasa percaya diri. Karena masa depan adalah tentang kamu yang berani berdiri di atas cita-cita yang kamu pilih, bukan yang dipaksakan siapa pun.

Bareng Naiju, kamu bisa paham kenapa kamu belajar, buat siapa kamu bermimpi, dan gimana kamu bisa berdiri di masa depan yang kamu pilih sendiri.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top